PEMBENIHAN
IKAN COBIA (Rachycentron canadum) DI
BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG
Oleh
:
ANDI
GUGUN GUNAWAN
Di Bimbing oleh Toto Hardiyanto, S.Pi dan Laely Dimyati, S.Pd
Email :
Andigugun8@gmail.com
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Ikan cobia (Rachycentroncanadum) dapat dijadikan kandidat dalam aquaculture karena pertumbuhannya
relative cepat, tahan terhadap serangan penyakit dan memiliki kualitas daging
yang bagus. Selain hal tersebut, ikan Cobia merupakan ikan yang mempunyai nilai
ekonomis. Daging Cobia dipasarkan dalam bentuk beku, cocok untuk diasap atau
bahan pembuatan sashimi. Pasar Asia
selain tertarik pada daging ikan, juga tertarik pada gonad, stomach dan kepala untuk dimasak menjadi
sop/pindang.
Pada
saat ini Cobia mulai populer di Indonesia, ditandai dengan banyaknya permintaan
telur, benih dan ukuran konsumsi dari daerah Jakarta, Bandung, Bali, Kepulauan
Seribudan Kalimantan.
Dalam memproduksi benih yang berkualitas
(pertumbuhan bagus, sintasan tinggi, bebas penyakit, parasit dan virus, serta
toleran terhadap perubahan lingkungan). Maka harus didukung dengan manajemen
pemeliharaan larva yang baik. (Nhu, 2010) menyatakan periode kritis pada
pemeliharaan larva cobia adalah tahap first
feeding dan tahap weaning.
Giri, et al (2002) menyatakan kesuksesan
pemeliharaan larva tergantung pada kecocokan pakan yang dikonsumsi larva,
efisiensi tingkat kecernaan dan nutrisi tinggi untuk mendukung pertumbuhan dan
kesehatan. Larva ikan laut banyak yang termasuk visual predator, sehingga membutuhkan cahaya untuk efficient planktivory. Tetapi
photoperiode yang optimal untuk perkembangan larva, pertumbuhan serta sintasan
adalah berbeda pada masing-masing larva ikan dan berubah sesuai dengan
perkembangan larva. Secara umum dengan perpanjangan photoperiode dapat
meningkatkan performansi larva ikan,
larva diberi kesempatan perpanjangan waktu untuk makan karena adanya cahaya.
Mengamati pentingnya
pasok benih untuk mengimbangi perkembangan kegiatan budidaya yang
berkelanjutan, maka usaha produksi benih masih perlu ditingkatkan melalui
berbagai perekayasaan dengan memperhatikan dan mengantisipasi berbagai kendala
serta melakukan perbaikan managemen pakan maupun lingkungan dan diharapkan
dapat menghasilkan benih yang berkesinambungan dan berkualitas. Dalam tulisan
ini akan diuraikan berbagai hasil perekayasaan yang mengarah pada peningkatan
pertumbuha, kelangsungan hidup larva dan benih serta perbaikan kualitasnya.
Dengan
terbukanya peluang pasar untuk ikan cobia, maka mendorong masyarakat untuk menyediakan
ikan melalui usaha budidaya. Usaha budidaya akan berjalan, apabila benih dengan
kualitas baik tersedia secara kontinyu dan berkesinambungan.
B. Tujuan dan Manfaat
a.
Tujuan
1. Mengetahui
dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan teknik perbenihan Cobia.
2. Mengetahui
jumlah telur (fekunditas) dan derajat penetasan (HR) Cobia dalam
pemijahan dari 3 pasang induk, dan 3
induk jantan serta 2 induk betina yang
disuntik hormon.
3.
Mengetahui teknik perbenihan cobia yang
diterapkan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung mulai dari teknik
pemeliharaan induk, teknik pemeliharaan larva, sampai pada tahap pemanenan.
b.
Manfaat
Manfaat
dari praktik kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan siswa di lapangan serta memahami permasalahan yang timbul dalam
teknik perbenihan ikan cobia (Rachycentron
canadum), sehingga diharapkan dapat melakukan budidaya ikan cobia dengan
baik, serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan dapat menambah
informasi dan wawasan tentang budidaya ikan cobia.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Taxonomi dan Morfologi Ikan Cobia (Rachycentron
candum)
Ikan
cobia memiliki nama Gasterosteus canadus,
namun sekarang lebih dikenal dengan Rachycentron
canadum (FAO,1974). Cobia merupakan ikan pelagis yang hidup di perairan
tropis sampai ke subtropis (Arendt et
al., 2001). Ikan ini banyak ditemukan di perairan Atlantik, Pasifik, dan di
sebelah barat Meksiko (Arendt et al., 2001).
Cobia diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Rachycentridae
Species : Rachycentron Canadum
Gambar 1.Ikan Cobia (Rachycentron canadum)
Bagian
dorsal tubuh ikan cobia berwarna hitam kecoklatan dengan bagian lateral
berwarna abu-abu dan bagian ventral berwarna putih. Matanya berwarna hitam,
dengan warna hitam juga terdapat pada moncong ikan sampai ke sirip ekor.
Ciri-ciri yang nampak saat masih muda adalah terdapat dua garis pada sisi
lateral yang berwarna hitam dan warna tersebut akan semakin pekat ketika
dewasa. Bentuk tubuh silindris dan panjang dengan kepala berbentruk pipih
melebar. Memiliki mulut lebar dengan rahang yang sempit dan gigi terdapat di
dalam rahang diantara lidah dan mulut (Anonim, 2006).
Selain itu, Cobia juga memiliki sirip
dorsal pertama yang seperti duri berjumlah 7 – 9 (pada umumnya 8) sedangkan
sirip dorsal yang kedua ukuranya lebih panjang. Sirip anal mirip dengan sirip
dorsal yang kedua, tetapi ukurannya lebih pendek. Ketika dewasa sirip caudal
berbentuk seperti bulan sabit, dengan bagian atas lebih panjang dari pada
bagian bawah. Sedangkan pada saat mudanya, sirip caudal berbentuk bulat
(Hammond, 2001).
III.
PELAKSANAAN
A.
Waktu
dan Tempat
Kegiatan
Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 2 Februari 2013 sampai
dengan tanggal 31 Mei 2013 bertempat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut,
Lampung yang berlokasi di :
Alamat : Jl.Yos Sudarso
Desa : Hanura
Kecamatan : Padang Cermin
Kabupaten : Pesawaran
Propinsi : Lampung
B.
Metode
pelaksanaan
Metode
yang digunakan selama kegiatan Praktik Kerja Lapang(PKL) di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung antara lain:
a.
Dengan melakukan pengamatan langsung,dan
melakukan Pengumpulan data primer, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung
untuk mengikuti dan melakukan seluruh kegiatan perbenihan ikan Cobia, wawancara
dalam bentuk tanya jawab bersama pimpinan operasional, teknisi lapangan, staff
pegawai, dan pihak-pihak lain yang berkompeten dibidangnya masing-masing,
mengenai fasilitas serta kegiatan yang dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan
Budidaya laut (BBPBL) Lampung terutama yang tidak diikuti oleh pelajar.
b.
Pengumpulan Data Sekunder yaitu data
yang tidak diperoleh secara tidak langsung.diperoleh dari berbagai literatur
mengenai kegiatan perbenihan ikan Cobia seperti data yang berasal dari buku,
makalah, jurnal, perpustakaan,dan hasil data dari internet.atau dengan
melakukan studi pustaka seperti .Untuk mencari referensi untuk menemukan solusi
dari permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan perbenihan ikan
cobia.
c.
Mendekomentasikan gambar-gambar yang
diperoleh selama praktik di BBPBL Lampung.
C.
Kegiatan-kegiatan Perbenihan Cobia
1.
Pengelolaan Induk
a.
Pengadaan Induk
Induk ikan cobia yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung hasil dari budidaya sendiri.
Jumlah induk 10 ekor dan mempunyai
berat 3 – 9 kg.
b.
Pemeliharaan
Induk
Pemeliharaan Induk
Cobia di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dilakukan di keramba
jaring apung . Jaring yang digunakan terbuat dari bahan polyethyline. Ukuran jaring
Keramba yang digunakan 3 x 3 x 3 x m dan ukuran mata jaring 2 inchi dengan
ukuran benang D 18. Jaring yang
digunakan untuk pemeliharaan induk cobia sebayak 1 buah dengan kepadatan induk
10 ekor.
2.
Pemberian Pakan
Selama
pemeliharaan induk pakan yang diberikan yaitu berupa ikan segar (kuniran) dan
cumi, dengan frekuensi pemberian 1 hari sekali.
Dalam seminggu pemberian pakan ikan segar (kuniran) lebih sering
diberikan dari pada cumi karena pakan ikan (Kuniran) memilki protein yang
tinggi. Pemberian pakan secara add
satiation (± 3% berat tubuh) dan
dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.30
WIB.
3.
Pemberian
Vitamin
Pemberian
vitamin dilakukan 3 kali seminggu dengan dosis 10 mg/kg induk. Adapun jenis
vitamin yang diberikan dalam seminggu yaitu :Vitamin C ,Vitamin E, dan
Spirullina.
Pemberian vitamin ini bertujuan untuk
memperlancar kerja fungsi-fungsi sel kelenjar dengan memacu fungsi hormon gonadotrophin serta meningkatkan
ketahanan tubuh, menjaga kesehatan induk , mempercepat kematangan gonad dan
meningkatkan kualitas telur.
4. Persiapan Wadah Pemijahan
Sebelum induk diseleksi jaring baru yang
berukurann 3 x 3 x 3 m dan hapa
(kolektor) dengan mesh size 500 µm
dipasang dirakit keramba, sambil
paralon (pipa segiempat)
dimasukkan kedalam jaring yang berguna sebagai pemberat ukuran 3 x 3 x 3
m.
5. Seleksi Induk
Seleksi
induk dilakukan untuk mengetahui kematangan gonad pada ikan. Metode yang
dilakukan adalah metode kanulasi untuk induk betina dan stripping (pengurutan) untuk induk jantan. Induk yang matang gonad (terdapat sperma dan oosit) maka dilakukan penyuntikan hormon
HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPHIN) 200 IU/kg berat badan. Penyuntikan hormon
ini dilakukan pada bagian sirip dada bagian bawah, karena bagian ini empuk
dan penyuntikan dibagian ini proses
rangsangan induk lebih cepat.
Adapun
hasil data seleksi induk cobia pada bulan maret dan bulan mei 2013 dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data seleksi induk cobia
No.
|
Bulan penyeleksian
|
Jenis kelamin
|
Kematangan gonad
|
Dosis penyntikan
|
Berat
|
1.
.
|
Maret
2013
|
Jantan
Betina
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Jantan
Jantan
|
Kurang
bagus
Bagus
Bagus
Bagus
Bagus
Bagus
bagus
Kurang
bagus
Kurang
bagus
Bagus
|
-
1500
IU
1400
IU
600
IU
-
1200
IU
1400
IU
-
-
1400
IU
|
4
kg
8
kg
7
kg
3
kg
5
kg
6
kg
7
kg
7
kg
6
kg
7
kg
|
2.
|
Mei
2013
|
Betina
Betina
Betina
Jatan
Betina
Jantan
Jantan
Bagus
Jantan
Jantan
|
Kurang
bagus
Bagus
Bagus
Bagus
Bagus
Kurang
bagus
Bagus
Bagus
Bagus
|
-
1.500
IU
1.800
IU
1.400
IU
-
-
1.500
IU
-
1.500
IU
|
8
kg
8
kg
9
kg
7
kg
10
kg
8
kg
8
kg
5
kg
8
kg
|
6. Proses Pemijahan
Pemijahan yang dilakukan
induk cobia yang berada di KJA tepatnya pada bulan Maret dan bulan Mei
2013 yaitu secara alami dan menggunakan
rangsangan hormonal. Pengamatan pemijahan dilakukan dengan mengamati
tanda-tanda seperti : turunnya nafsu makan, perut buncit, kejar-kejaran.
Apabila terjadi pemijahan maka parameter yang
diamati adalah tingkat pembuahan telur (% FR) .
Pemijahan
terjadi pada sore hari (sekitar pukul 16.00) atau malam hari, umumnya terjadi
pada bulan gelap, dengan interval 1 hari.
Tetapi terkadang induk cobia juga dapat memijah secara alami ( 1 kali dalam
sebulan). Adapun jumlah total telur ikan cobia
yang dihitung pada tanggal 13 maret dan 15 mei 2013 dapat dilihat pada tebel
berikut ini .
Tabel 3. Produksi telur induk cobia pada bulan maret
dan bulan mei.
No.
|
Tanggal
Pemijahan
|
Jumlah
Induk yang disuntik hormon
|
Total
telur (butir)
|
1.
2.
|
13
Maret 2013
15
Mei 2013
|
3
Pasang
2
Induk betina dan 3 Induk jantan
|
1.559.999
840.000
|
7.
PemeliharaanLarva
Pemeliharaan
larva merupakan salah satu bagian terpenting dan paling menentukan dalam
keberlangsungan perbenihan maupun budidaya cobia. Pemeliharaan larva cobia
menggunakan metode green water system.
Bak yang digunakan untuk pemeliharaan larva adalah bak beton berbentuk persegi
panjang dengan dimensi 4 x 2 x 1,25 m dan memiliki volume penuh bak 10 m3 yang
berjumlah 12 unit yang berada dalam ruangan yang disebut hatchery. Bak juga
dilengkapi dengan bak panen yang memiliki dimensi 1 x 0,5 x 0,4 m.
Adapun
padat penebaran larva yang ditebar kebak pemeliharaan sebanyak 50.000 ekor/bak.
Satu hari setelah penebaran larva dilakukan maka media pemeliharaan larva cobia
diberi minyak ikan. Fungsi dari minyak ikan yaitu untuk mengikat bahan organik
yang mengapung dipermukaan air yang disebut dengan lapisan vilem. Pakan yang digunakan di BBPBL Lampung untuk
larva ikan cobia terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Untuk pakan alami
yang digunakan adalah dari jenis fitoplankton
yaitu Nanhocloropsis sp dan zooplankton yaitu rotifer jenis Branchionus plicatilis, Diaphanosoma sp, dan Artemia salina, sedangkan pakan buatan
yang digunakan yaitu pellet love larva.
Adapun
tabel jenis pakan dan frekuensi pemberian pakan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel
4. Jenis pakan dan frekuensi pemberian pakan
No.
|
Jenis
Pakan
|
Umur
larva
(hari)
|
Frekuensi
|
Kepadatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nannochloropsis sp
Brachionus sp
Artemia
Diaphanosoma
Pellet
|
D.1
– D.19
D.2
– D.15
D.7
– D.20
D.10
– D.20
D.10
– D.20
|
1
- 2 kali
1
kali
2
kali
1
kali
2
kali
|
13
x 105 sel/ml
5
x 103 sel/ml
Sesuai
kepadatan larva
Sesuai
kepadatan larva
addsatiation
|
Pencegahan hama dan penyakit pada saat
pemeliharaan dilakukan dengan cara pemberian Probiotik ( Sano life ) yang bertujuan untuk
menetralkan kualitas air di bak larva, menekan pertumbuhan bakteri dan mengurai bakteri yang tidak menguntungkan
, sehingga tidak menimbulkan hama penyakit yang akan tumbuh pada bak
pemelihraan. Dosis
pemeberian probiotik yaitu 25 ppm/hari. Probitik ini mulai diberikan sebelum
larva ditebar ke bak pemeliharan. Sedangkan jadwal peergantian air pada waktu
pemeliharaan larva cobia adalah : 0% untuk umur D.0 – D.5, 10% untuk umur D.6 –
D10, 30% untuk umur D.11 – D.15, air mengalir
untuk D.16 – D.20. Pergantian biasanya
dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pukul 07.30 dan pukul 14.00. Setelah
dilakukan pembuangan air, untuk menstabilkan kualitas air pada bak pemeliharaan
larva, dilakukan penambahan plankton
jenis Nanochloropsis sp sebanyak 13 x
105 sel/ml .
Pemanenan
larva cobia dilakukan apabila larva berumur 20 hari atau saat larva telah
mengalami metamorphosis (larva berubah menyerupai ikan sempurna). Sebelum
pemanenan dilakukan, sebaiknya larva tidak diberi pakan minimal 1 hari.
Pemanenan dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB sampai selesai. Tujuan
panen larva adalah melanjutkan
pemeliharaan benih ke tahap berikutnya yaitu kegiatan pendederan.
Selama pemeliharaan larva sampai umur 20
hari jumlah yang dihasilkan 3.773 ekor.
Hasil panen larva cobia dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7.
Jumlah larva hasil penen umur 20 hari
No.
|
Kode Bak
|
Jumlah tebar
(ekor)
|
Jumlah panen
(ekor)
|
SR
(%)
|
1.
2.
3.
|
A
B
C
|
50.000
50.000
50.000
|
2500
570
703
|
5%
1,14%
1,40%
|
D. Pendederan Ikan Cobia
a.
Pemeliharaan
Benih
Benih yang digunakan untuk kegiatan pendederan,
dipilih benih yang sehat bebas dari virus, bakteri dan parasit. Adapun padat
penebaran yang dilakukan di bak terkontrol yaitu ukuran besar (> 5 cm) 150 ekor/bak, ukuran
(3,5 cm) sedang 200 ekor/bak dan ukuran
kecil (2 cm) 300 ekor/bak.
Pakan benih
ikan cobia yang berada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung yaitu
berupa pellet, karena ketersediannya tidak tergantung dari kondisi alam,
kondisi pakan bersih dan tidak membawa bibit penyakit (bakteri, parasit dan
jamur) serta benih cobia mudah beradaptasi dengan pakan pellet. Jenis pakan pellet yang digunakan berupa
pakan pellet love larva yang
disesuaikan dengan bukaan mulut dan ukuran benih. Frekuensi pemberian pakan
pellet 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebelum penyiponan dan pergantian
air dilakukan. Pemberian dilakukan secara
Waktu benih
baru dipindahkan dari bak pemeliharaan larva ke bak pendederan, benih ukuran
kecil (2 cm) sebaiknya masih diberikan pakan artemia dan diaphanosoma selain dilatih pakan buatan (LL1), kurang lebih 3 hari
berturut-turut sampai benih tersebut lancar menerima pakan pellet. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian benih. Untuk menjaga kualitas air pemeliharaan ,
maka dilakukan penyiponan minimal 2 kali sehari (pagi dan sore).
Grading bertujuan untuk menyeragamkan ukuran benih,
mengurangi sifat kanibalisme dan mengurangi persaingan dalam mendapat makanan.
Grading dilakukan setiap ukuran benih
tidak seragam. Grading atau pemilahan ukuran adalah salah satu kegiatan dalam
pendederan untuk menyeleksi sekaligus memilah-milah benih sesuai dengan
ukurannya.
Benih cobia memiliki pertumbuhan yang cepat. Berikut
ini adalah grafik pertumbuhan panjang dan berat yang dapat dilihat pada Gambar 46 dan Gambar 47.
Gambar 2. Pertumbuhan panjang total benih ikan cobia
Gambar 3. Pertumbuhan berat benih ikan cobia
Pada Gambar di atas benih ikan cobia umur 50 hari
memiliki panjang total ± 13 cm,
berat 10,6 gr.
Kualitas air sangat berpengaruh dalam keberhasilan
kegiatan pendederan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan metode sirkulasi
(air mengalir) dan resirkulasi terbuka dengan melakukan pergantian air sebanyak
70 % perhari dari volume bak, dalam sehari pergantian dilakukan 2 kali pagi dan
sore. Pergantian dapat dilakukan apabila kita telah membersihkan kotoran dan
sisa pakan yang tak termakan oleh benih yang berada pada dasar bak, melalui penyiponan, sehingga kualiatas air
yang berada di bak pendederan benih selalu stabil dan benih atau bibit penyakit akan tidak
mudah tumbuh.
Pemanenah benih cobia dilakukan setelah berukuran 10 – 12 cm atau telah
berumur 50 hari barulah benih bisa dipanen. sebelum panen dilakukan sebaiknya
benih tidak diberi pakan minimal 1 hari.
Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk mengurangi stress pada benih
akibat perbedaan suhu.
Tabel 8. Jumlah panen benih di bak
pendederan
No.
|
Kode Bak
|
Jumlah Penebaran
|
Jumlah Panen
|
SR (%)
|
1
|
Bak Kontrol 1(U.K)
|
300 ekor
|
267 ekor
|
92 %
|
2.
|
Bak Kontrol 2 (U.S)
|
200 ekor
|
174 ekor
|
87 %
|
3.
|
Bak Kontrol 3 (U.B)
|
150 ekor
|
150 ekor
|
100 %
|
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan hasil PKL (Praktik Kerja
Lapang) tentang perbenihan ikan cobia (Rachycentron
canadum) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pemeliharaan
induk cobia dilakukan pada KJA (Keramba Jaring Apung) yang berukuran 3 m x 3m x
3m, dan ukuran mata jaring 2 inchi. Umur induk 9-10 bulan, dengan berat induk
jantan 3-7 kg dan induk betina 5-8 kg. Induk yang digunakan berasal dari hasil
perbenihan dan budidaya BBPBL Lampung sendiri.
2. Pengamatan
tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara kanulasi dan pemijatan perut.
Apabila terdapat induk yang matang gonad (terdapat sperma dan oosit) maka dilakukan penyuntikan hormon
HCG 200 IU/kg berat badan di bagian sirip dada bagian bawah.
3. Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan larva
berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang diberikan dari jenis fitoplankton adalah Nannochloropsis sp
dan dari jenis zooplankton adalah rotifer ,Diaphanosoma dan Artemiasalina. Sedangkan pakan buatan yang
diberikan berupa pakan pellet dengan merek dagang Love
larva yang disesuaikan dengan bukaan
mulut ikan.
4. Jumlah
total telur yang dihasilkan pada tanggal 13 maret 2013 yaitu 1.559.999 butir
telur dan telur yang terbuahi (FR%) hanya 18,6%. Sedangkan pada tanggal 840.000
butir yang terbuahi (FR%) 89,5%.
5. Pemanenan
larva dilakukan pada umur 20 hari (D20) dengan pemberian pakan yang berbeda.
B.
Saran
1. Adanya pemeriksaan ulang terhadap kondisi
plankton sebelum dimasukkan atau diberikan ke dalam bak pemeliharaan larva.
Sebab apabila plankton yang diberikan sudah tidak bagus atau sudah mati,
akan berakibat buruk pada larva dan
kondisi kualitas air di bak
pemeliharaan.
2.
Untuk
meningkatkan kelangsungan hidup larva Cobia perlu
dilakukan upaya-upaya
antara lain, mengembangkan
jenis pakan tertentu yang memiliki nilai nutrisi yang lebih baik, pemberian
pakan dan pengontrolan pakan ke dalam bak larva dapat dilakukan lebih teratur
serta pengamatan kualitas air lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2006. Rachycentroncanadum. Aquaculture. Fisheries and Aquaculture Department.
Arendt, M.D.,J.E. Olney. Dan J.A. Lucy.
2001. Stomach content of Cobia.
Effendie, M..I. 1997. Metode
Biologi Perikanan. Cetakan Pertama.
Penerbit Yayasan dewi Sri. Bogor.
Hammond, D.L.
2001. Taxonomy and Basic
Description : Cobia (R. canadum)
Aquaculture. Marine Freswater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar